Ibnu Riyanto ~ Si Anak Bengal Yang Kini Menjadi CEO Trusmi Group

ibnu riyanto
Pernikahan memang seringkali menjadi pintu gerbang bagi seseorang untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Pasca pernikahan beberapa orang akan menjadi lebih terbuka pikirannya karena saat itu mereka sudah menyandang status sebagai kepala keluarga yang harus lebih bertanggungjawab. Pernikahan pula yang mendorong Ibnu Riyanto, pemuda pengangguran asal Cirebon ini, untuk berbisnis dan berdagang.
Sejak tahun 2006 setelah pernikahannya, Ibnu memulai bisnisnya hingga saat ini ia telah menjadi CEO Trusmi group yang sukses dan gemilang. Lalu seperti apakah langkah dan perjuangan Ibnu Riyanto menapaki dunia bisnis ini? Berikut ulasannya.

Awal Usaha Ibnu Riyanto

Dari amplop pernikahan modal awal Rp 15 juta, Ibnu memulai usahanya dengan berdagang kain mori yang digunakan sebagai bahan membuat batik. Dalam menjalankan bisnisnya ini Ibnu terbilang nekat karena ia melakukannya tanpa pengalaman, tanpa networking dan tanpa ilmu berbisnis.
Meski keluarga Ibnu adalah pengrajin batik, namun ia mengakui bahwa dirinya benar-benar memulai usahanya dari nol. Untuk menjual kain mori ini, Ibnu menawarkan kain-kain tersebut ke para pengrajin batik yang ada di desa kelahirannya, Trusmi Kabupaten Cirebon.
Selama hampir dua tahun, Ibnu menjalani bisnis sebagai pedagang kain mori ini. Karena intensnya interaksi Ibnu dengan para pengusaha batik lainnya, membuat insting bisnis Ibnu yang kian terasah. Ia pun mendapatkan peluang permintaan pakaian batik. Tanpa banyak pikir, Ibnu pun segera mengambil kesempatan ini untuk melebarkan sayap bisnisnya dengan cara mencari usaha-usaha konveksi yang menyediakan pakaian batik asli Cirebon.
Usaha yang Melejit
Di bisnis pakaian jadi inilah, usaha Ibnu mulai menjejaki tangga kesuksesan. Ini dikarenakan pada tahun 2008, permintaan batiknya meningkat dengan pesat seiring adanya pengakuan batik dari Malaysia. Dari tadinya, ia hanya melayani penjualan di Jawa Barat hingga Jakarta, pasar baju batik Ibnu saat itu kemudian meluas hingga Palembang dan Surabaya.
Dengan penjualan dan pesanan batik yang membeludak, omset penjualan pun ikut meningkat signifikan hingga 200 persen. Ibnu mengakui saat tahun 2008 itu bisnisnya mengalami titik balik yang drastis, karena waktu itu dia bisa menjual puluhan ribu hingga ratusan ribu helai pakaian batik tiap bulan.
Dari besarnya keuntungan penjualan batik tersebut, ayah dua anak ini  lantas membuka gerai seluas 16 m2 di Plered, Cirebon. Di tokonya ini, Ibnu menawarkan kain batik dan baju-baju batik asli Cirebon. Pada tahun 2009, bisnis batiknya makin gemilang.
Dengan selalu mengikuti tren batik, Ibnu segera membuka toko keduanya yang masih berlokasi di Cirebon. Pada tahun 2010 dan seterusnya, barulah Ibnu membuka toko diluar Cirebon, yaitu di Jakarta, Surabaya, dan Medan. Setiap toko yang dibukanya ini rata-rata memiliki luas 500 m2.

Berbisnis Dengan Filosofi Semut dan Gajah

Dalam menjalankan bisnisnya ini, Ibnu memakai filosofi yang unik yakni semut dan gajah. Menyadari bahwa pada awalnya ia hanyalah seorang pengusaha kecil seperti layaknya semut, namun selalu bekerja keras dan bergerilya layaknya semut yang bisa saja mengalahkan gajah dengan semangat dan kegigihannya. Selain berfilosofi Semut dan Gajah, ia juga menerapkan teknik cangkok yaitu dengan cara berteman dengan gajah.

Anak Bandel Yang Telah Sukses

Saat masih duduk di bangku sekolah, Ibnu mengaku kalau dirinya merupakan anak yang bandel. Meski begitu ia selalu bertekad membuktikan kepada orang tua, kalau dirinya mampu mandiri dan sukses. Begitu punya tanggungan istri, Ibnu pun makin semangat untuk memulai usaha sendiri. Dalam meraih kesuksesan, Ibnu harus berhadapan dengan banyak rintangan bahkan kegetiran.
Tak jarang saat merintis usahanya Ibnu harus tidur di masjid demi mengirit uang yang harus diputarnya mengembangkan usaha. Keberuntungan datang saat salah satu toko di Jakarta mau membayar lunas dagangannya sebesar Rp25 juta. Dari pencapaian itulah, Ibnu semakin yakin dan bersemangat bahwa ia bisa sukses seperti pengusaha-pengusaha besar lainnya.

Menjadi CEO Trusmi Group

Dari bisnis batik, kini Ibnu telah merambah beberapa bisnis lain. Bersama pengusaha besar yaitu Waskita dan Triniti, Ibnu kini sedang merintis bisnis properti. Proyek yang bernilai sekitar Rp 800 miliar ini akan digunakan Ibnu dan kolega untuk membangun apartemen di Alam Sutera bernama Yukata yang berkonsep Jepang. Saat ini sendiri bidang usaha Ibnu Riyanto yang menjadi CEO Trusmi Group ini telah meluas ke beberapa bidang seperti retail batik, developer properti, media, rental mobil, dan kuliner.

0 Response to "Ibnu Riyanto ~ Si Anak Bengal Yang Kini Menjadi CEO Trusmi Group"

Posting Komentar

wdcfawqafwef